Hujan lebat, Rabu (22/2) malam, menyebabkan Kali Sunter meluap. Permukiman warga di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, banjir. (CNN Indonesia/Tiara Sutari) |
Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek sehari setelah pencoblosan, 16 Februari lalu, menyebabkan banjir di sejumlah titik. Calon gubernur Anies Baswedan menyodorkan solusi banjir yang berbeda dengan sang petahana, Basuki Tjahaja Purnama.
Setidaknya ada tiga solusi yang dia tawarkan untuk Jakarta mengatasi persoalan banjir. Yaitu pengendalian air yang turun melalui sumur resapan atau vertical drainage; penampungan melalui situ atau waduk; dan ketiga, membenahi penyerapan di daerah hulu.
“Jadi ada yang harus dibereskan dengan penambahan situ, ada yang harus dibereskan dengan vertical drainage. Ada yang harus dibereskan dengan pengerukan. Tidak satu solusi untuk seluruh masalah," kata Anies, 17 Februari lalu.
Sementara Ahok telah lebih dulu melakukan normalisasi sungai, solusi banjir yang menurutnya pasti akan dilakukan juga oleh Anies.
Solusi mana yang lebih baik?
CNNIndonesia.com melakukan jajak pendapat (polling) Twitter yang dilakukan pada 24-26 Februari lalu. Hasilnya, sebanyak 85 persen responden menyatakan, solusi Ahok dan pasangannya Djarot Syaiful Hidayat lebih baik, 15 persen lainnya memilih solusi yang ditawarkan Anies-Sandiaga Uno.
Jajak pendapat ini bukan polling ilmiah. Polling ini diikuti oleh 4.376 pengguna media sosial tersebut.
Pada 22 Februari lalu, Djarot menyatakan, program normalisasi sungai akan tuntas pada 2022. Merujuk evaluasi Pemprov DKI, normalisasi sungai sudah berjalan 40 persen.
Djarot menuturkan, jika program normalisasi sungai secara konsisten dikerjakan, potensi banjir Jakarta akan terus berkurang. Syaratnya, normalisasi harus diikuti pembukaan ruang terbuka hijau, embung, waduk, ruang terbuka biru, dan pembuatan sumur resapan. (rdk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar