Sejarah Teorema Pythagoras
Teorema Pythagoras mendapat namanya dari seorang ahli matematika
Yunani kuno Pythagoras, karena dianggap yang pertama memberikan bukti
teorema ini. Namun diyakini bahwa orang-orang mengetahui hubungan khusus
antara sisi dari segitiga siku-siku, jauh sebelum Pythagoras.
Teorema Pythagoras memainkan peran penting dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, membentuk dasar trigonometri, dan dalam bentuk aritmatika, karena menggabungkan geometri dan aljabar.
Teorema adalah hubungan dalam geometri Euclidean antara tiga sisi
segitiga siku-siku. Ini menyatakan bahwa ‘jumlah kuadrat dari panjang
dua sisi lain dari setiap segitiga siku-siku akan sama dengan kuadrat
dari panjang sisi miring’. Secara matematis, teorema ini biasanya
ditulis sebagai: a2 + b2 = c2 – di mana ‘a’ dan ‘b’ mewakili panjang
dari dua sisi lain dari segitiga, dan ‘c’ merupakan panjang sisi miring.
Mereka menggunakan konsep ini untuk membangun sudut siku-siku, dan merancang segitiga siku-siku dengan membagi panjang tali menjadi dua belas bagian yang sama, sehingga satu sisi segitiga adalah tiga, sisi kedua adalah empat, dan sisi ketiga adalah lima bagian panjang .
Pythagoras (569-475 SM) menggunakan metode aljabar untuk membangun segitiga Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath, tidak ada anggapan dari teorema selama hampir lima abad setelah zaman Pythagoras. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero disebabkan teorema untuk matematikawan Yunani ini sedemikian rupa, bahwa atribusi itu diketahui secara luas dan diterima. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencari segitiga Pythagoras, yang dicampur baik aljabar dan geometri. Sekitar 300 SM, di Elemen Euclid ini, yang tertua ada bukti aksiomatis dari teorema disajikan. Teks Cina Chou Pei Suan Ching yang ditulis antara 500 SM dan 200 AD memiliki bukti visual dari Teorema Pythagoras atau ‘Gougu Teorema’ (sebagaimana diketahui di Cina) untuk segitiga siku-siku. Selama Dinasti Han (202 SM – 220 M), segitigat Pythagoras muncul di Sembilan Bab pada Seni Matematika, bersama dengan penyebutan segitiga tersebut. Penggunaan tercatat pertama dari teorema di Cina dikenal ‘Gougu Teorema’, dan di India sebagai ‘Bhaskara Teorema’.
Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah Pythagoras adalah orang pertama yang menemukan hubungan antara sisi segitiga siku-siku, karena tidak ada bukti tertulis yang ditemukan. Namun demikian, teorema masih ini masih menggunakan nama Pythagoras.
Teorema Pythagoras memainkan peran penting dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, membentuk dasar trigonometri, dan dalam bentuk aritmatika, karena menggabungkan geometri dan aljabar.
Sejarah Teorema Pythagoras
Sejarah teorema Pythagoras dapat dibagi sebagai: pengetahuan tentang segitiga Pythagoras, hubungan antara sisi-sisi segitiga siku-siku dan sudut yang berdekatan mereka, dan bukti-bukti dari teorema. Sekitar 4000 tahun yang lalu, orang Babilonia dan orang Cina menyadari fakta bahwa sebuah segitiga dengan sisi-sisi 3, 4, dan 5 satuan panjang menjadi segitiga siku-siku.Mereka menggunakan konsep ini untuk membangun sudut siku-siku, dan merancang segitiga siku-siku dengan membagi panjang tali menjadi dua belas bagian yang sama, sehingga satu sisi segitiga adalah tiga, sisi kedua adalah empat, dan sisi ketiga adalah lima bagian panjang .
Sekitar 2500 SM, monumen megalitik di Mesir dan Eropa Utara terdiri
segitiga siku-siku dengan sisi bilangan bulat. Bartel Leendert van der
Waerden dalam hipotesisnya bahwa segitigat Pythagoras diidentifikasi
secara aljabar. Selama pemerintahan Hammurabi (1790 – 1750 SM), tablet
Plimpton Mesopotamia 32 terdiri dari banyak entri yang berkaitan erat
dengan segitiga Pythagoras. Di India (8 – abad ke-2 SM), Baudhayana
Sulba Sutra terdiri daftar segitiga Pythagoras, pernyataan dari teorema,
dan bukti geometris dari teorema untuk segitiga siku-siku sama kaki.
Pythagoras (569-475 SM) menggunakan metode aljabar untuk membangun segitiga Pythagoras. Menurut Sir Thomas L. Heath, tidak ada anggapan dari teorema selama hampir lima abad setelah zaman Pythagoras. Namun, penulis seperti Plutarch dan Cicero disebabkan teorema untuk matematikawan Yunani ini sedemikian rupa, bahwa atribusi itu diketahui secara luas dan diterima. Pada 400 SM, Plato mendirikan sebuah metode untuk mencari segitiga Pythagoras, yang dicampur baik aljabar dan geometri. Sekitar 300 SM, di Elemen Euclid ini, yang tertua ada bukti aksiomatis dari teorema disajikan. Teks Cina Chou Pei Suan Ching yang ditulis antara 500 SM dan 200 AD memiliki bukti visual dari Teorema Pythagoras atau ‘Gougu Teorema’ (sebagaimana diketahui di Cina) untuk segitiga siku-siku. Selama Dinasti Han (202 SM – 220 M), segitigat Pythagoras muncul di Sembilan Bab pada Seni Matematika, bersama dengan penyebutan segitiga tersebut. Penggunaan tercatat pertama dari teorema di Cina dikenal ‘Gougu Teorema’, dan di India sebagai ‘Bhaskara Teorema’.
Namun, hal ini belum dikonfirmasi apakah Pythagoras adalah orang pertama yang menemukan hubungan antara sisi segitiga siku-siku, karena tidak ada bukti tertulis yang ditemukan. Namun demikian, teorema masih ini masih menggunakan nama Pythagoras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar